Senin, 16 Juli 2018

Membangun Cinta di Tubuh Organisasi


      “Mustahil ada kerja jika tanpa ada cinta”. Pernyataan itu saya ucapkan pada diskusi bersama teman-teman   IPNU  Sebenarnya itu merupakan hipotesa yang sudah lama saya peram agar kebenarannya teruji dulu—Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa informasi dan ilmu pengetahuan mestinya bersifat empiris alias teruji kebenaranya.

     Lah piye, nda percaya kalau tiada kerja tanpa cinta? Sekarang mana mau bapak-bapak yang di sana kerja banting tulang kalau bukan karena rasa sayangnya pada sianak, karena tresnonya pada si ibu.  Mending tiduran sambil nonton duo srigala ceramah mama Dedeh to? atau si pemuda berbadan tegap kekar, rela menerabas hujan penuh petir hanya untuk menjemput gadis manis pujaan hatinya yang sebenarnya bisa naik angkot sendiri itu?

Jadi jelas, orang akan termotivasi untuk melakukan kerja-kerja nyata—bahkan walau harus bertaruh nyawa—jika ada cinta di hatinya.  Betul 😁
Tentu saya tidak sedang bicara soal cinta khas anak muda kekinian itu.
Saya sedang berujar soal cinta yang fitrah, cinta kita pada sesuatu di luar asmara.
Dalam konteks organisasi juga sama,tidak ada kerja dalam organisasi jika tanpa ada rasa cinta.
Entah cinta pada diri sendiri sebagai makhluk yang layak dapat banyak ilmu dan pengalaman, cinta pada lembaga sebagai wujud pengabdian yang hakiki, maupun cinta pada orang tua sebagai menifesto atas pembuktian baktinya. Atau bisa jadi cinta pada salah satu pengurus sebagai wujud ketertaklukannya pada makhluk ciptaan Tuhan.
Pokoknya kalau tidak ada cinta, mustahil ada kerja dalam organisasi.

Kalaupun organisasi itu berjalan, yang ada bukanlah kerja-kera pengorganisasian melainkan perbudakan, Yah perbudakan, karena kerja organisasi dilakoni atas dasar rasa takut! Dan sekali lagi ingat, organisasi bukan tentang rasa takut, organisasi adalah tentang rasa sayang.
Dari sekian rumusan masalah yang berkembang dan memenuhi rongga otak saya yang sempit lagi pengap ini, yang paling menyita perhatian adalah bagaimana membangun cinta dalam berorganisasi? Agar rapat organisasi menjadi hal yang dirindu sebagaimana menggebunya rindu pasangan LDR.

Diskusi bersama teman se-organisasi menjadi hal yang dinanti, sebagaimana jomblo menanti datangnya jodoh. Sungguh mengasyikan bukan? Tidak seperti sekarang ini, dengar kata rapat saja kita alergi, badan gatal-gatal, perut mules, kembung, panas dingin,
inget mantan kepala cenat-cenut.
Setelah melakukan semedi dan perenungan yang mendalam, akhirnya saya mencoba mengeluarkan sabda raja pemikiran saya yang sekali lagi saya tegaskan, sempit lagi pengap ini, bahwa untuk membangun cinta dalam berorganisasi kita perlu melakukan hal-hal berikut:

1. Kenali dulu organisasimu

Pepatah legendaris yang telah lama berkembang dalam kepercayaan masyarakat Indonesia mengatakan “Tak kenal maka tak sayang”. Tak sayang maka tak peduli, nah kalau sudah tak peduli bagaimana organisasi mau jalan. La wong pelakunya saja sudah tak peduli. Mau lembaganya vakum kek, bubar kek, ancur kek, atau berubah jadi rumah bordil sekalipun nda peduli. Jadi kenali dulu apa itu DEMA, BEM, dan HMPS, UKM, Organ Ekstra dll. Jangan sampai kita tidak tau apa yang akan kita jalani. Sampai pada detik dimana tulisan ini dibuat, saya masih meyakini bahwa keikutsertaan kalian menjadi pengurus lembaga tak akan berlalu sia-sia selagi kalian total menjalaninya. Satu contoh kecil adalah akan meningkatnya kemampuan speak up kalian. Ini kan modal besar nembak ataupun nolak gebetan.

2. Temukan tujuanmu

Saya amat sering mendengar orang dengan gagah dan PD berujar “biarkan saja berjalan laksana air mengalir, let’s it flow guys” . Kalau dengar orang ngomong gitu kadang saya pingin ngomong Let’s it flow nduasmu! saya tegaskan, bahwa tidak ada yang mengikuti air mengalir kecuali sampah, ikan mati, atau tai. Kalian mau ditai-taikan? Mau disampah-sampahkan? Lah iya, ikan juga punya tujuan. Kalau tidak sesuai tujuanya, si ikan juga akan melawan arus.
Lalu tunggu apa lagi? Masih mau bilang biarkan mengalir? Yasudah, tentukan tujuanmu mau ngapain masuk lembaga ini? Dengan mengetahui tujuan, langkahmu akan makin mantap, INI SERIUS.

3. Memanusiakan Manusia

Tidak usah dibantah bahwa
ngewongke uwong adalah proses membangun cinta yang efektif. Memangnya kalian mau dideskreditkan? Dialienisasi, di jelek-jelekan, direndah-rendahkan, diJomblo-jomblokan? Ini faktor penting membangun cinta. Relasi ketua-anggota dalam organisasi sudah semestinya mengedepankan nilai-nilai kesopanan, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai demokratis. Satu contoh kecil adalah bagaimana kewajiban menjaga marwah dan martabat organisasi dengan menjaga marwah dan martabat para pelakunya. Lah bagaimana mau terlaksana dengan baik, jika perintah ketua dalam menjalankan organisasinya saja sudah dengan nada tinggi, sambil berkacak pinggang pula, kalaupun sprintahnya dilaksanakan pastilah diiringi umpatan agar ketuanya cepet mati diberi hidayah. Pun kalau ketua organisasi yang tidak dihormati, contoh kasus misalnya ketua umum yang ngantar surat sendiri.
Artinya ketua dan bawahanya mesti menjaga wibawa rekan timnya. Menjaga kehormatan dengan memanusiakan manusia mungkin sulit, tapi tidak mustahil.
So keep traying gaes..!

4. Berbicaralah

Lah kan aneh kalau mau harmonis tapi irit kata-kata. Komunikasi adalah kunci! Betapa tidak okenya ketika memendam perasaan, cuma main kode-kodean doang. HEI!!! Kalian sedang ikut organisasi bukan pramukaan! Katakanlah pada rekan organisasi apa yang kalian butuhkan, apa yang kalian pikirkan, take and give, jangan hanya bilang terserah lalu marah ketika tidak sesuai keinginanya. Kasian ketuanya… gunakan cara komunikasi yang baik. Jangan sampai niatnya mengutarakan pendapat malah jadi ajang debat lalu hilang akal sehat dan saling babat.

5. Tertib administrasi

Ngomongin organisasi tentu tidak bisa lepas kata administrasi. Sama ketika kita ngomongin jomblo dan kengenesanya, mereka bak dua sisi uang logam, SEPAKET. Eh jangan salah administrasi juga bisa menumbuhkan cinta. Satu contoh saja, bagaimana pentingnya seseorang mengingat tanggal jadian, tanggal lahir pasangan, dsb. Kesemua itu merupakan perwujudan sistem administrasi. Tentu tidak bisa kita bayangkan bagaimana jadinya jika, dua sejoli yang sedang asyik memadu kasih tidak mengucapkan selamat ulang tahun pada jam 00.01 di hari ulang tahun pasanganya. Sudah pasti ada invasi itu, bakal ada keretakan di situ. Pun sama dengan organisasi, ketika proses pencatatan, pengarsipan, analisa-analisa tidak teradministrasi dengan baik, jangan harap organisasinya maju.